NIM : 2108090304
MK : PEMBELAJARAN MENULIS
Menulis Laporan Hasil Wawancara
Kata wawancara tidak asing lagi bagi para wartawan maupun para sastrawan. Banyak orang menafsirkan wawancara adalah menanyakan sesuatu kemudian dijawab. Adapun yang orang yang menyebutnya dialog beraturan. Berikut adalah pengertian wawancara dari berbagai sumber :
Wawancara yaitu tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya tentang suatu hal mengenai yang diketahuinya.(Mansur Muklis, 1993 : 1).
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil menatap muka antara sipenanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan Interwiew guide. (www.digg.com).
Wawancara dalam istilah lain dikenal dengan interview. Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan berita, data, atau fakta di lapangan. Prosesnya bisa dilakukan secara langsung dengan bertatap muka langsung (face to face) dengan narasumber. Namun, bisa juga dilakukan dengan tidak langsung seperti melalui telepon, internet atau surat. (Subandi, 2001 : 111).
Wawancara adalah tanya-jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang suatu hal atau masalah. (Alex Suryanto, 2008 : 128).
Selain pengertian wawancara di atas, adapun etika dalam berwawancara yang baik di antaranya :
1. Mengadakan pertemuan awal dengan orang yang diwawancarai untuk menentukan kesediaan orang tersebut untuk di wawancarai.
2. Menggunakan bahasa yang efektif dan sopan.
3. Hindari pertanyaan tentang hal-hal yang tabu atau yang tidak diperlukan.
Berikut adalah salah satu contoh wawancara yang baik dilakukan sesuai dengan etika yang baik dalam memberikan pertanyaan kepada narasumber :
Contoh :
Partai Politik Harus Siapkan Calon Sebaik-baiknya
Meskipun belum ada seorang pun calon yang secara resmi mengumumkan diri akan maju pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat 2013,wacana untuk kriteria yang dibutuhkan masyarakat Jawa Barat sudah banyak mengemuka.Selain harus mengetahui seluk-beluk budaya Sunda,calon juga harus menyelami berbagai persoalan yang terjadi di Jawa Barat,berikut pemecahannya.Partai Politik sebagai penyedia bursa calon juga harus menyiapkan calon sebaik-baiknya.Bagaimana pandangan pakar hukum dan tata negara Unpad Indra Perwira mengenai hal ini?Berikut kutipannya.
Menurut pandangan anda,kriteria pemimpin seperti apa yang dibutuhkan warga Jawa Barat?
Minimal memenuhi tiga hal yakni kapasitas,integritas,dan komitmen moral.Kapasitas mencakup pengetahuan mengenai budaya Jawa Barat.kemudian memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memahami masalah di daerahnya.Secara sederhana,cara untuk mengetahuinya cukup mudah,dengan memelihat berapa banyak koneksi yang mengenal ataupun dikenal oleh calon tersebut.Selain itu,pemimpin yang dibutuhkan masyarakat Jawa Barat juga harus memiliki bekal yang cukup mengenai hukum dan politik.
Bagaimana dengan asal usul?
Itu juga penting.Kita sebagai pemilih juga harus menelusuri asal usul calon sebelum dia mencalonkan diri.Masyarakat juga seharusnya melihat,bagaimana interaksi seorang calon dengan politik di masa lalu,karena nantinya dia toh akan berurusan dengan politik.Misalnya,jika seorang calon berasal dari kalangan pengusaha,harus dilihat juga bagaimana dia berprilaku dalam dunia politik.Banyak orang yang punya modal untuk ikut pemilihan umum,tetapi ketika sudah terpilih tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Dengan demikian,kalangan birokrat memiliki peluang yang lebih besar?
Tidak juga.
Bagaimana dengan petahana (“incumbent”) ?
Pertahana tentu memiliki peluang lebih besar.Kata orang,mereka lebih menguasai potensi kemenangan karena selama ini pemenang memang didasarkan pada supporting material.Petahana tentu memiliki material itu,melebihi calon lain.Tendensinya tentu ke arah korupsi,karena mereka lebih leluasa menggunakan APBD untuk dana kampanye.Sayangnya,itu agak sulit terlacak.Salah satunya karena pemilu biasanya tidak terjadi pada awal atau tutup buku anggaran.Akan tetapi,langkah petahana yang “nakal” bias tercium ketika dia kalah dalam pemilu.
Apakah tren pemilih dalam Pilgub 2013 akan tidak jauh berbeda dengan pilgub sebelumnya?
Sama saja.Mayoritas masyarakak akan mencari figur.Rata-rata bukan pemilih yang ideologis.Yang loyalis munkin hanya Sembilan hingga sepuluh persen.Sisanya floating mass atau masa mengambang.Di jawa Barat,elektabilitas (kemungkinan terpilih-red.) masih bersatu dengan keterkenalan .Itu tidak merugikan kalau ternyata yang diusung memang potensial,tetapi kalau tidak,itu bias menjadi boomerang untuk masyarakat.
Bagaimana kecenderungan partai politik?
Ada beberapa parpol yang serius melakukan konsolidasi menyiapkan kader terbaik.Akan tetapi,lebih banyak yang tiarap,memilih cara instan,menawarkan figur terkenal untuk menarik perhatian pemilih.Kalau sudah begitu,tentu menggugurkan kemampuan parpol mencari calon potensial.Ini terlihat seperti lingkaran setan,tidak terlihat mana titik pangkalnya.
Bagaimana menumbuhkan kesadaran partai politik agar bisa mempersiapkan calon sebaik-baiknya?
Harus dimulai secara bersama dengan masyarakatnya,yang juga peduli dengan keadaan politik di negaranya.Begitu tahu kondisi parpol seperti ini,jangan hanya menghakimi dan mencerca.Akan tetapi,ikut mencari celah agar bisa memperbaikinya.Kesadaran hukum dan politik harus ditingkatkan di kalangan mayarakat.Media juga harus concern.
Bagaimana dengan calon perseorangan?
Kemungkinan juga besar,asal ada investor.Pihak yang tersingkir dari koalisi kemungkinan akan mengusung calon perseorangan.Calon dari jalur ini memang tidak seratus persen independen,karena adanya investor itu.Makanya,lebih srek menyebutnya sebagar jalur nonparpol.
Apakah banyaknya birokrat yang dpiasok masuk dalam bursa pencalonan menyiratkan macetnya kaderesasi dalam tubuh partai politik ?
Iya.Selama ini,partai politik belum berfungsi sebagai tempat kaderesasi pemimpin.Sudah menjadi rahasia umum,karier internal di dalam parpol masih ditentukan berdasarkan kedekatan dengan elitnya.Saya juga melihat,jarang sekali ada parpol yang memiliki program serius untuk meningkatkan kapasitas anggotanya.Kebanyakan,parpol merekrut orang hanya untuk duduk diam dan diberi jaket.Lalu dimanfaatkan ketika ada pemilihan umum.Di luar itu ya diam lagi.
Jadi apa yang harus dilakukan ?
Berani menyederhanakan jumlah parpol.Jangan terlalu banyak seperti sekarang.Seharusnya peraturan yang melegalkan bantuan dana untuk parpol juga dihapuskan.Dengan demikian,parpol tidak hanya menjadi ajang perkumpulan untuk orang-orang yang ingin mendapatkan dana bantuan.Itu enak sekali,mudah mendirikan parpol,dan mudah mendapatkan bantuan atas nama parpol lewat legalitas undang-undang.
Apakah itu termasuk ongkos mahal demokrasi ?
Iya, Itu risiko kita memilih demokrasi,tetapi masih banyak warga yang miskin.Seharusnya kesejahteraan ada terlebih dahulu,baru kemudian muncul demokrasi.Ironisnya,di Indonesia terjadi kebalikannya.Apalagi kita ketinggalan dua abad dibandingkan dengan negara demokrasi yang lain.Sekarang kita masih meributkan kenapa banyak floating mass,hingga partisipasi pemilih.Seharusnya kita sudah deliberative.Lewat cara apa pun,yang penting parpol menyiapkan calon sebaik-baiknya saja,sehingga kesejahteraan masyarakat menjadi output yang utama.(Endah Asih/”PR”)***
Pada hasil wawancara “Partai Politik Harus Siapkan Calon Sebaik-baiknya” jika dilihat dari aspek stuktur sudah memenuhi syarat.Hal tersebut dapat terlihat dari pembukaan pertanyaan,yang memiliki alur yang mengalir,tidak langsung kepada pokok pertanyaan hal tersebut dapat terlihat berupa pendahuluan-pendahuluan yang membuka topik pembicaraan.Pada wawancara ini akan memberikan kontribusi pengetahuan yang sangat bermanfaat sekali,hal itu di lihat dari penggunaan kata yang ilmiah.
Dalam membuat tulisan,Tentunya melakukan beberapa langkah,baik itu langkah persiapan,proses menulis dan proses penyuntingan.Adapun langkah-langkah menulis hasil wawancara diuraikan sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan wawancara dan informasi yang ingin diperoleh.
2. Menyusun daftar pertanyaan.
3. Menemui tokoh yang diwawancarai.
4. Melakukan wawancara.
5. Menyusun hasil wawancara secara teratur dan rapi sebagai hasil akhir.
Dengan menulis maka hal yang dasar akan selalu dilakukan yaitu membaca, karena dengan hal tersebutlah dapat membuat, mengungkapkan dalam bentuk tulisan,semakin banyak menulis maka semakin banyak pula buku yang kita baca,karena membaca syarat utama menulis.
DAFTAR PUSTAKA
Asih Endah. 2011. “Partai Politik Harus Siapkan Calon Sebaik-baiknya”.
Pikiran Rakyat. 24 Februari 2011.
Muklis Mansur. 1993. Sastra Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Subandi. 2001. Bahasa Indonesia. Purwokerto : Universitas Jenderal Soedirman.
Suryanto Alex. 2008. Panduan Belajar dan Sastra Bahasa Indonesia. Jakarta : Esis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar